26/04/13

Review The Perks Of Being A Wallflower (2012)

Such a wonderful film. It was great. You should see this.


Thats all what I see. Gue nggak tau asal-usul buku ini atau siapapun pengarangnya, yang jelas film ini membawa kita melihat masa-masa remaja yang penuh warna di luar sana.

Cerita di awali dengan pemeran utamanya Charlie. Charlie mengalami masa-masa sulit beradaptasi saat memasuki masa-masa tahun pertamanya di SMA. Ia tak yakin akan segera mendapatkan teman baru, maka dari itu, ia di cap sebagai intovert, anak yang pendiam dan menjadi sasaran korban bully oleh beberapa teman juga seniornya. Sejujurnya, Charlie selalu bercerita dengan teman anonymous-nya dengan cara menulis kesehariannya. Di film, ini terasa seperti Charlie mencoba menyampaikan apa yang ia rasakan terhadap penonton.


Hingga akhirnya, Charlie bertemu dengan Patrick dan Sam. Mereka membawa 'Charlie' kepada kehidupan SMA yang sebenarnya. Ya, yang jelas sesuai dengan ukuran masa SMA di luar. Not in Indonesia, tentunya. Bersama mereka, Charlie dapat merasakan kebahagian merasa di anggap sebagai keluarga. Dimana yang dulunya, Charlie memiliki sahabat karib yang akhirnya meninggal bunuh diri karena depresi.

Charlie mengagumi kecantikan Sam. Dan ia rasa, ia mencintainya. Namun, seperti halnya. Yang ia lakukan hanya memendam perasaannya dengan diam dan merasa ikut bahagia dengan Sam bersama Craig. Saat malam sebelum natal, Sam mengajak Charlie ke kamarnya. Sam bercerita bagaimana kelamnya ia dulu. Di mulai dengan cerita tentang ciuman pertamanya, Sam bercerita bahwa first kissnya adalah Robet, bos ayahnya yang kala itu mencampakkan dirinya. Sam mengatakan untuk tidak terjerumus ke dalam hal-hal yang seperti ia lakukan, ia mecium Charlie karena ia menyayanginya --Kala itu, Sam dan Craig lagi break.

Charlie ikut The Rocky Horror Picture Show menggantikan pemeran yang tidak hadir. Berminggu minggu ia lewati bersama orang-orang yang ia sayangi sekaligus sahabatnya.

Di film ini, banyak rahasia yang tak terduga, dimana setiap kepingan masalalu Charlie mulai terkuak. Bagaimana arti persahabatan sangat erat dalam setiap detail filmnya. Bagaimana kasih keluarga menghiasi masa-masa hidupnya. Charlie memang tak pandai berbicara dan mengungkapkan apa yang ia rasakan terhadap semua teman-temannya. Namun, sisi baik dari film ini adalah mengajarkan kita bahwa hidup tak semenakutkan apa yang kita pikir. Dan yang pasti, di film ini disuguhkan beberapa lagu era 90-an yang...hm.. membuat kita masuk kedalam cerita.

"We can't choose where we come from but we can choose where we go from there" - The Perks Of Being a Wallflower.

"But because things change, friends leave, and life's doesn't stop for anybody" - The Perks of Being a Wallflower.

"I love Twinkies, and the reason I am saying this is because we are all supposed to think of reasons to live."
-The Perks of Being a Wallflower 
 
"We are infinite" - The Perks of Being A Wallflower.
 
"Please believe that things are good with me, and even when they’re not, they will be soon enough."- The Perks of Being a Wallflower 
 
And my favorite caption, is the Letter...
 
 

p.s. : I love ur handwrite, Logan. <3 .="" br="">

Tadi merupakan beberapa quotes yang bisa di ambil dan dijadikan pelajaran. Karena hidup terus berputar. Buat para remaja yang haus film, apalagi yang libur setelah UN kayak gue, film ini recommended sekali! Ratting 4/5!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar